Oleh: Himawan Teguh Pambudi (alumnus Seminari Alkitab Asia Tenggara Malang, melayani di GKI Pregolan Bunder Surabaya)
Di awal tahun ini, dengan beberapa rekan saya memulai sebuah gerakan yang kami sebut Jaringan Pemuda Kristen Hijau Jawa Timur, alias Kristen Hijau. Sebuah gerakan dan jejaring di kalangan pemuda lintas denominasi yang berfokus pada isu-isu seputar lingkungan hidup. Nah pagi ini saya berkerut pikir mencoba mencari-cari alasan kenapa saya (dan pemuda yang lain) perlu terhubung dan tergabung dalam jejaring ini.
-
Kemarahan dan Kemuakan Pribadi
Haha. Selalu ada alasan pribadi bukan jika kita terlibat pada sesuatu? Nah, saya marah dan muak pada kerakusan manusia masa kini yang begitu cepatnya menghabisi sumber-sumber produksi dari alam, demi alasan profit, investasi dan pembangunan infrastruktur. Kemajuan pembangunan, memang satu sisi akan terlihat keren dan begitu berhasil, tetapi kemajuan pembangunan seringkali mengorbankan kaum lemah dan melahirkan penindasan. Contohnya dimana? Silahkan berselancar di dunia maya untuk membaca hal-hal terkait dengan pabrik semen, kriminialisasi kebun kelapa sawit, dan lain sebagainya. Sebagai seseorang yang mulanya pendaki gunung tipikal romantik ala ala anak muda milenial sekarang, saya merasa kemarahan dan kemuakan itu makin menjadi-jadi. Apakah kawan juga merasakan yang seperti saya rasakan?
-
Perspektif Iman yang Dibaharui
Saya dulu merasa bahwa sebagai orang Kristen, tugas saya sederhana: bertumbuh dalam hal emosional, nggak marah-marah, ngatur uang dengan bijak, menikah dengan baik lalu membawa 1 atau 2 orang memiliki kepercayaan iman seperti saya. Saya pikir itu baik. Tetapi semakin tua dan dewasa, dan makin saya mengasihi Kristus dan mengikuti jalan Guru saya dari Nazaret, kok saya semakin menyadari panggilan orang Kristen lebih dari itu. Kita perlu mewujudkan bumi yang baru, Kerajaan Allah itu, yang dipenuhi dengan kedamaian-sejahteraan di bumi yang ini dan disini, tidak perlu menanti-nanti yang nanti dan disana karena itu adalah tugas dan kapasitas-Nya. Bumi yang baru itu, berarti lingkungan hidup yang lestari, relasi yang harmonis antara Tuhan-manusia-sesama-ciptaan. Saya pikir isu lingkungan hidup menjadi sangat urgent sekali, karena kecepatan perubahan iklim dalam 100 tahun belakangan ini lebih cepat dari abad-abad sebelumnya (lih. Greenleft)di kota asal saya, Malang, kini tak lagi sedingin waktu saya tumbuh besar di situ. Adanya fenomena hujan es di Indonesia jelas-jelas menunjukkan perubahan iklim yang begitu besar tersebut. Masihkah iman kita hanya sekedar terfokus untuk kebesaran Kekristenan? Atau superioritas di atas agama-agama yang lain? Buat saya itu oke dan baik, sama sekali tidak salah. Tapi bagaimana menjadi superior atau terlihat keren, kalau nanti kita tidak bisa hidup ketika pangan dan udara dihabisi, oleh diri kita sendiri?
https://kristenhijau.files.wordpress.com/2017/02/cropped-kristenhijau.jpg
” data-image-caption=”” data-medium-file=”https://kristenhijau.files.wordpress.com/2017/02/cropped-kristenhijau-e1490894862431.jpg?w=263″ data-large-file=”https://kristenhijau.files.wordpress.com/2017/02/cropped-kristenhijau-e1490894862431.jpg?w=285″>
-
Masa Depan umat manusia
Masih berkaitan dengan poin kedua, ini terkait dengan masa depan umat manusia. Sederhana saja, kalau lingkungan hidup hancur, bagaimana mungkin masa depan manusia bisa terjamin. Memang ada usaha dan penelitian untuk mencari tempat atau ruang hidup yang lain. Tapi bukan itu isu utamanya. Kalau kawan nonton film science fiction belakangan seperti Passenger misalnya, kita lihat usaha manusia untuk membangun rumah yang lain di bumi itu toh nantinya hanya akan menguntungkan sebagian umat manusia, orang-orang kaya saja kan. Jadi saya pikir isunya bukan mencari tempat baru, tetapi bagaimana merawat yang sudah diberikan.
Nah dalam gerakan Kristen Hijau yang benar-benar masih hijau baik dari skala aktivitas, skala peserta, kami membutuhkan sebanyak-banyaknya anak muda, apalagi mereka yang berkuliah atau menekuni ilmu-ilmu yang terkait langsung dengan lingkungan hidup: ekonomi, sains ekologi, geologi, pertanian, hukum, dan lain sebagainya. Jadi, tunggu apa lagi?